IKLAN

Tantangan dalam Alur Kerja Engineering Hotel

Bayangkan sebuah hotel beroperasi 24/7, 365 hari setahun. Di balik kemewahan lobi, kenyamanan kamar, dan kelancaran acara, terdapat jantung yang tak pernah berhenti berdetak: departemen Engineering atau Teknik. Tim ini adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang memastikan segala infrastruktur fisik hotel berfungsi sempurna. Namun, alur kerja mereka penuh dengan tantangan kompleks yang, jika tidak dikelola baik, dapat mengganggu operasional, merusak reputasi, dan membebani keuangan hotel.

Artikel ini akan mengupas tantangan utama dalam alur kerja engineering hotel dan strategi untuk mengatasinya.

Tantangan Utama dalam Alur Kerja Engineering Hotel

1. Reaktif vs. Proaktif: Dominasi "Fire Fighting"
    Tantangan paling klasik adalah pola kerja yang reaktif. Tim engineering sering kali terjebak        dalam mode "pemadam kebakaran"—hanya merespons ketika ada keluhan tamu (AC tidak        dingin, keran rusak, lampu mati) atau kerusakan mendadak. Hal ini terjadi karena:

  • Keterbatasan SDM: Tim yang kurang jumlahnya harus membagi waktu antara permintaan darurat dan perawatan rutin.
  • Budaya "Priority Guest Request": Tekanan untuk menyelesaikan keluhan tamu secepatnya sering mengesampingkan jadwal perawatan preventif.
  • Konsekuensi: Peralatan utama (seperti chiller, boiler, genset) menjadi aus lebih cepat, risiko kerusakan besar meningkat, dan biaya perbaikan jangka panjang melonjak.

2. Manajemen Aset & Inventaris yang Tidak Terpusat
    Banyak hotel masih mengandalkan catatan manual (buku log, spreadsheet) atau sistem             yang terisolasi untuk:

  • Riwayat perawatan aset.
  • Stok spare part dan bahan habis pakai.
  • Work Order (WO) atau perintah kerja.
  • Tantangan: Data tersebar, sulit dilacak. Teknisi kesulitan mengetahui riwayat mesin yang rusak. Supervisor sulit memonitor kinerja tim dan stok spare part. Keputusan penggantian aset menjadi tidak berbasis data.

3. Koordinasi dengan Departemen Lain yang Rumit
    Engineering tidak bekerja sendiri. Koordinasi lintas departemen adalah keniscayaan, namun      sering menjadi sumber keterlambatan.

  • Housekeeping: Melaporkan kerusakan di kamar, mengatur akses teknisi agar tidak mengganggu tamu.
  • Front Office: Menerima keluhan tamu dan meneruskannya dengan informasi yang akurat.
  • Food & Beverage: Perawatan dan perbaikan perlengkapan dapur, cold storage, venue acara.
  • Sales & Convention: Koordinasi untuk persiapan dan support teknis selama event.
    Tantangan: Komunikasi yang hanya mengandalkan telepon, radio, atau catatan kertas rawan salah sambung, tertunda, atau hilang.

4. Keterbatasan Anggaran dan Justifikasi ROI
    Chief Engineer kerap harus "berjuang" mengajukan anggaran untuk:

  • Penggantian aset tua dengan teknologi lebih efisien.
  • Pelatihan sertifikasi teknisi.
  • Implementasi sistem software manajemen (CMMS).
    Tantangan: Manajemen atas sering memandang engineering sebagai cost center. Sulitnya menunjukkan Return on Investment (ROI) yang jelas dari perawatan preventif atau teknologi baru membuat anggaran terpotong.

5. SDM: Regenerasi dan Keterampilan

  • Skill Gap: Teknisi lama mungkin ahli di sistem konvensional tetapi kurang terampil di sistem otomasi bangunan (BAS) dan IoT yang semakin umum.
  • Beban Kerja & Burnout: Tekanan kerja tinggi dengan shift yang panjang dapat menurunkan motivasi dan meningkatkan turnover.
  • Regenerasi: Minimnya minat generasi muda masuk ke bidang engineering hotel yang dipandang tradisional dan berat.

 

 


Post a Comment

Previous Post Next Post